Sistem Pendidikan Indonesia di Mata Dunia
Adakah dari kalian yang telah mengetahui pemberitaan Al-Jazeera berkaitan
dengan sistem pendidikan Indonesia? Tampaknya pemberitaan tersebut benar-benar
memperlihatkan carut marutnya penetapan peraturan, kurikulum, hingga regulasi
dana pada sistem pendidikan di negeri kita tercinta. Apa yang telah dipaparkan
dalam pemeberitaan tersebut telah mewakili pendapat dunia Internasional akan
wajah buram pendidikan di Indonesia. Nah, kalau sudah seperti ini seharusnya
menteri pendidikan mulai menyiapkan strategi perbaikan dan segera bertindak
untuk membersihkan noda pada dunia pendidikan Indonesia.
Mari kita bahas kembali pokok permasalahan yang diutarakan oleh Al-Jazeera
tentang mengapa pendidikan di Indonesia menjadi salah satu yang terburuk di
dunia, yaitu sebagai berikut :
Hanya sepertiga dari 57 juta anak yang
bersekolah menyelesaikan pendidikan dasar. Sementara itu sistem pendidikan yang
ada terganggu oleh kemampuan mengajar yang buruk dan korupsi.
Pendidikan di Indonesia menekankan pada bagaimana menghafal dan bukannya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir kreatif. Guru akan menekankan
pada cara mengajar yang kaku dengan berceramah serta menerapkan sistem
kepatuhan yang begitu menekan siswa.
Selain itu pakar pendidikan telah mengatakan bahwa kurang dari setengah
terhadap keseluruhan guru di Indonesia memiliki kualifikasi yang cukup
untuk mengajar. Ditambah lagi pemberian upah yang terlalu kecil membuat
sebagian besar dari mereka terpaksa mencari tambahan penghasilan di luar
mengajar. Hal inilah yang kemudian membuat guru tidak mampu untuk fokus
terhadap profesionalismenya dalam menyiapkan anak didiknya.
Korupsi kemudian hadir sebagai pelengkap keburukan. Baik di tingkat sekolah
dasar hingga perguruan tinggi, banyak dari wali siswa atau mahasiswa yang
memberikan suap untuk meluluskan anak-anaknya dalam ujian. Sekolah atau
perguruan tinggi juga memungut bayaran atas layanan pendidikan yang seharusnya
disediakan oleh negara.
Pengamat korupsi telah menyatakan bahwa hanya sedikit sekali sekolah yang
bebas dari sogokan dan pungutan liar. Bahkan 40 persen anggaran pendidikan pada
setiap sekolah tersedot entah ke mana sebelum sampai pada sasaran.
Bahkan dunia Internasional menjadi
bertanya-tanya mengapa Indonesia masih mengandalkan pembiayaan mandiri atau
eksternal yang berasal dari sekolah dan bukannya pemerintah, padahal World Bank
telah memasukkan Indonesia sebagai negara dengan pendapatan pada tingkat
menengah.
Pihak asing juga telah mengalirkan bantuan untuk pengembangan sistem
pendidikan negeri ini, tapi tetap saja terlihat ketimpangan dan tampaknya
aliran dana menjadi macet hingga menghilang tanpa bekas. Ke mana dan bagaimana
sebenarnya dana pendidikan dialirkan? Bukankah pemerintah telah menaikkan
anggaran untuk pendidikan? Lalu mengapa tidak terlihat perbaikan secara
signifikan, baik dari pengembangan infrastruktur seperti gedung sekolah, alat
eksperimen, transportasi ke sekolah, buku dan seragam, hingga gaji dan
pelatihan para guru.
Kurikulum baru yang begitu kontroversial
diperkenalkan dan menambah buruk keadaan. Pemerintah menginginkan adanya
penyederhaan dalam sistem sehingga beberapa mata pelajaran dipangkas. Kebijakan
tersebut dinilai sebagai jawaban akan permasalahan beratnya beban siswa sekolah
dasar dengan setumpuk mata pelajaran.
Kebijakan paling kontroversial mengenai kurikulum adalah menunda pengajaran
mengenai sains, geografi, dan bahasa Inggris pada siswa tingkat sekolah dasar
serta menggantinya dengan materi yang mendorong siswa mengenal identitas
nasional dan jiwa patriot. Kebanyakan pendidik merasa bahwa penetapan kurikulum
tersebut akan berpengaruh terhadap kemunduran siswa. Pada tingkat dasar
seharusnya siswa dirangsang untuk berpikir secara kritis, kreatif, dan
terstruktur.
Sudah saatnya tidak hanya mengkritisi
tapi bertindak. Tampaknya beberapa pihak yang mulai gerah telah menciptakan
gebrakan baru tanpa harus menunggu keputusan pemerintah. Berikut beberapa
gebrakan dalam pendidikan yang diluncurkan oleh pihak swasta:
§ Taman baca gratis
Mereka sudah bergerak, lalu kapan giliran kita? Sebenarnya mulailah dengan
hal yang paling mudah. Datanglah ke SD yang kurang diberdayakan terdekat dan
tawarkan jasa mengajar. Tularkan semua ilmu yang kita punya kepada adik-adik
kita, atau datanglah ke perpustakaannya untuk menyumbangkan beberapa buku.
Tidak baru tak apa yang penting masih layak baca dan bermanfaat. Atau berikan
les gratis kepada orang yang tidak mampu di sekitarmu. Tak akan sulit menemukan
mereka bila memang ada niat. Selamat hari pendidikan dan selamat mencoba
menyelamatkan pendidikan di negeri kita yang tercinta ini.
Source: http://www.kampusnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar